Senin, 19 Januari 2009

STRATEGI EKONOMI PERTANIAN DAN PEMASARAN , KAMPANYE PRODUK DAERAH

By Bimo S

Silakan Memakai Semua Wacana di jatiningjati.blogspot.com untuk kemaslahatan umat

1. Strategi Ekonomi Petani

A. Kerja Sama Antar Kelompok Tani

Kelompok tani merupakan perkumpulan para petani di pedesaan yang salah satu tujuannya untuk mempermudah koordinasi, penyuluhan dan pendampingan yang dilakukan oleh Penyuluh Lapangan Pertanian. Faktor beban dalam agrobisnis dalam hal ini adalah mencakup masalah pendanaan dan sumber daya manusia. Untuk memenuhi kebutuhan pupuk, pestidida, obat-obatan pertanian, dan bibit para petani yang tegabung dalam kelompok tani harus mengeluarkan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu perlu adanya perencanaan pola tanam per wilayah yang mengatur masa tanam yang termaktub dalam penentuan sentra pertanian. Dengan adanya pengaturan masa tanam maka kelompok tani yang berada dalam sentra melakukan kerja sama dalam bersama-sama membeli pupuk, pestisida, obat-obatan , maupun bibit. Dengan demikian untuk satu pembelanjaan dapat langsung memesan barang kebutuhan pertanian dalam jumlah besar sehingga didapat harga yang jauh lebih murah dibanding dengan mengecer. Dengan kondisi ini diharapkan biaya yang dikeluarkan oleh para petani menjadi lebih ringan yang nantinya berpengaruh kepada nilai keuntungan .

Kerja sama antar kelompok tani bisa berkembang ke bidang lain seperti pemenuhan alat-alat pertanian seperti traktor, rice mill, dan lain sebagainya. Dengan banyaknya kelompok tani yang bergabung maka bisa diadakan iuran atau pengajuan kredit atas nama paguyuban kelompok tani atau koperasi untuk membeli alat-alat tersebut yang nantinya dipergunakan bersama-sama secara bergantian atau apabila berupa alat produksi bisa diserahkan kepada kepengurusan bersama. Lembaga yang tepat untuk pengelolaan ini adalah pembentukan koperasi.

Dengan adanya kerja sama antar kelompok tani yang kuat dan luas bisa diusahakan pembuatan sentra agro industri dimana koperasi yang menjadi pilihan pemersatu menjadi leading sectornya. Hasil agro dari para petani yang sudah disentrakan seperti misalnya sentra hasil pertanian tanaman salak dikoordinasikan dengan koperasi yang dibentuk bersama itu untuk dijual bersama-sama dengan harga standar untuk menjaga kestabilan harga sehingga tidak ada lagi istilah ”ngancurke rego”. Selain itu hasil salak yang akan diproses lebih lanjut disalurkan ke koperasi yang telah mempunyai alat pemrosesan salak untuk dibuat kripik salak yang kemudian siap dipasarkan. Pada dasarnya konsep ini tidak menggiring para petani untuk dimonopoli oleh paguyubannya sendiri dengan koperasinya namun bagaimana secara bijaksana koperasi tersebut bisa benar-benar mensejahterakan anggotanya. Jika ada petani yang menjual sendiri hasil pertaniannya tidak melalui koperasi tentunya hal itu tidak bisa dipaksakan. Namun apabila penjualan tidak melewati paguyuban dengan koperasinya tentunya harus diadakan pendekatan agar tidak saling menghancurkan. Namun pada prinsipnya jika koperasi benar-benar berdaya guna tentunya semua petani maupun kelompok tani akan tetap solid untuk mencapai kesejahteraan bersama.

B. Kerja Sama Antar Desa

Kerja sama antar desa menjadi sangat penting dimana aroma paternalistik dan primodialis masih cukup kuat dikalangan masyarakat Kabupaten Wonosobo. Para perangkat desa dibantu oleh Badan Permusyawaratan Desa dan para tokoh masyarakat harus mulai memberikan dorongan kepada para petani dan kolompok tani di wilayahnya untuk bisa bersama-sama bekerja sama dengan kelompok tani desa lain sehingga dalam penentuan harga bisa standar dan kuat dalam bargaining dengan pasar. Pembentukan koperasi bisa dalam setiap desa berdiri sendiri namun juga sangat baik jika beberapa desa satu koperasi atau setidaknya ada kerjasama rekat antara koperasi suatu desa dengan desa yang lain.

Desa dalam hal ini harus juga mulai merubah pola pemakaian anggaran desa yang dewasa ini kebanyakan mengacu kepada pembangunan fisik dan sedikit yang mengacu kepada pembangunan ekonomi. Semestinya desa mulai merencanakan anggaran dengan melihat faktor-faktor perekonomian yang ada disekitarnya. Pendanaan pembentukan koperasi mungkin lengkap dengan alat-alat agro industri dan modal awalnya mulai harus diperjuangkan dan direncanakan dengan matang. Tanpa campur tangan pihak-pihak yang berkompenten di pedesaan pembangunan perkonomian khususnya di bidang usaha pertanian akan mengalami kendala besar.

2. Strategi Pemasaran

Pola pemasaran hasil pertanian selama ini bisa dikatakan masih menggunakan pola tradisional dimana antara produsen dan buyer mempergunakan sistem individual belum merupakan suatu sistem yang komprehensif untuk membentuk suatu jangkauan pasar yang luas dan berjangka panjang. Perubahan pasar tradisional menuju pola pasar modern menjadi suatu keharusan yang harus disegerakan karena pada saat ini ere pasar bebas sudah merambah yang tentunya mengakibatkan persaingan pasar semakin berat dan ketat. Oleh karena itu perlu dimunculkan wacana-wacan baru dalam bidang pemasaran produk-produk pertanian agar kesejahteraan petani tidak semakin terpuruk namun bisa meningkat dengan signifikan.

A. Pasar Domestik

Pasar tradisional biasanya mempergunakan pemasaran klasik yaitu hasil pertanian dibawa ke pasar rakyat untuk dipasarkan. Dalam hal inii tentunya untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik. Namun pada kenyataannya di lapangan hasil bumi dari para petani Wonosobo banyak yang tidak maksimal dalam penjualan dikarenakan kalah bersaing dengan produk pertanian dari daerah lain. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain adalah kurangnya pengetahuan petani dalam mempergunakan teknologi pertanian, sebagai contoh pemakaian pestisida dan obat-obat pertanian yang overload hanya untuk mencari hasil pertanian yang banyak dan besar sehingga dipasaran kurang laku dikarenakan rasa meupun mutu menadji berubah. Selain itu sistem pasar tradisional dimana petani menjual produknya sendiri mengakibatkan harga jual mudah dipermainkan oleh para tengkulak sehingga harga menjadi merosot. Ketika harga mulai merosot maka banyak petani lain yang menjual produknya ke luar kota yang sebenarnya memerlukan biaya besar.

Oleh karena itu kerjasama antar petani dengan kelompok tani-nya sangat diperlukan dan penting disosialisasikan sehingga harga tawar produk pertanian dapat lebih stabil. Selain itu perlu suatu usaha agar produk pertanian Kabupaten Wonosobo terutama hasil tanaman pangan , buah-buahan dan sayuran dapat terserap semaksimal mungkin di daerah sendiri sehingga apabila ada produk pertanian yang keluar daerah merupakan hasil surplus pertanian atau untuk memenuhi target pasar khusus.

A.1. Kampanye Program Bangga Memakai Produk sendiri

Untuk mengangkat pertanian Kabupaten Wonosobo, selain secara tehnis pertanian yang harus diperbaiki, perlu adanya suatu strategi yang baik guna meningkatkan pamor produk pertanian petani. Usaha untuk memaksimalkan penyerapan produk pertanian di daerah sendiri bisa dilakukan dengan memulai kampanye agar masyarakat Wonosobo ter brain storming untuk memakai hasil produk pertanian sendiri.

Kampanye ini tentunya harus didukung sepenuhnya oleh Pemerintah Daerah sebagai leader dalam segenap kebijakan. Penunjukkan leading sector perlu diadakan sehingga program ini dapat dipertanggungjawabkan. Adapun proses kampanye ini dimulai dengan pengidetifikasian produk-produk pertanian Kabupaten Wonosobo baik yang berupa bahan mentah maupun hasil dari agro industri. Setelah itu sosialisasi program dalam jajaran birokrasi dan juga legislatif. Setelah semua selesai baru dibuat formula sosialisasi yang dipergunakan untuk konsumsi umum.

Sosialisasi untuk masyarakat sebenarnya bisa memakai cara standar seperti penyuluhan, promosi di radio, media cetak dan lain sebagainya. Namun yang penting adalah keseriusan dan terus berkesinambungan. Brain storming tidak bisa dilakukan dengan seketika apalagi dalam era sekarang ini dimana masyarakat tidak bisa serta merta dapat diperintah.

Dalam pencapaian kampanye memakai produk sendiri ini sebenarnya secara tidak langsung mempertahankan aura agraris Kabupaten Wonosobo sehingga bidang pertanian tetap menjadi bidang primadona baik untuk kesejahteraan rakyat maupun untuk pengendalian jumlah pengangguran. Dampak dari keberhasilan program ini tentunya diharapkan kesejahteraan petani semakin meningkat dan juga akan banyak bermunculan agro industri untuk memenuhi kebutuhan domestik. Namun dampak lain yang perlu menjadi perhatian adalah akan terjadi suatu ”monopoli semu” dimana produk pertanian dari daerah lain sulit masuk ke Kabupaten Wonosobo karena sudah tertutup oleh hasil produk pertanian domestik sehingga perlu kedewasaan untuk tidak mempersulit dengan suatu tindakan atau kebijakan tehnis yang mempersulit masuknya produk luar. Penyerahan pada mekanisme pasar menjadi solusi yang tepat.

A.2. Pelabelan Identitas Produk

Dalam usaha pencitraan produk Kabupaten Wonosobo maka perlu diadakan pelabelan baik melalui packing-nya maupun ”paraban” (julukan produk tertentu) agar mudah dikenal oleh masyarakat. Sebagai contoh dalam bisnis beras, hasil beras asli Wonosobo bisa diberi bungkus plastik dengan nama beras Wonosobo walupun jenis-jenisnya berbeda (ditambah keterangan seperti barito, C4,dll), sama juga dengan pelabelan pada produk-produk agro industri seperi carica, keripik salak, dan lain sebagainya. Selain itu bisa juga pelabelan ini hanya pada pengenalan produk di pasar seperti Kentang Wonosobo, Kobis Wonosobo, dan lain sebagainya. Hal kecil apabila disampaikan berulang-ulang akan menjadi jamak hingga brain storming bisa terjadi.

”Paraban” (julukan produk tertentu) juga perlu untuk membedakan produk serupa namun berbeda jenis maupun asal penanaman dan lebih mempermudah dalan hal promosi. Sebagai contoh seperti Salak Pondok, Salak Bali, Durian Montong, Cabe Dieng, dan masih banyak lagi.

B. Pasar Luar Daerah

Pemenuhan pasar domestik tidak bisa menjadi suatu alasan untuk tidak memperluas pasar. Pasar luar daerah merupakan wahana yang baik untuk mendapatkan keuntungan. Di kota-kota besar dan diluar Jawa misalanya masih banyak kekurangan sayur-sayuran sedangkan Kabupaten Wonosobo kaya akan hasil sayur mayur. Data base tentang kebutuhan produk pertanian yang dibutuhkan oleh daerah lain semestinya mulai dikumpulkan untuk memberikan gambaran dan sasaran produk apa yang sekiranya laku di daerah lain termasuk pra syarat mutu yang dibutuhkan.

B.1. Mekanisme Pasar

Sejak lama sebenarnya petani di Kabupaten Wonosobo membidik luar daerah sebagai tujuan pemasarannya. Tentunya dengan banyak menghadapi persaingan harga maupun mutu. Dalam proses ini biasanya para petani bergerak dengan sendiri-sendiri dan sedikit yang berkoordinasi dengan instansi terkait. Walupun demikian ternyata arus pemasaran boleh dikatakan cukup baik walaupun hanya petani-petani yang bermodal besar saja yang bisa memanfaatkan. Petani-petani kecil biasanya menggantungkan pemasarannya kepada para pengepul atau tengkulak yang nantinya membawa hasil produk petani ini keluar daerah. Sebenarnya cara ini kurang baik karena produk petani dibeli biasanya dibawah harga pasar dengan sistem ijon (tebas). Hal ini terjadi karena pihak pengepul dan tengkulak mempunyai target untuk bisa mengirim barang ke luar daerah setiap daerah sedangkan pihak petani kecil ingin segera mendapatkan uang cash. Untuk itu sekalilagi perlu adanya pembenahan kerja sama di kalangan para petani agar produk mereka bisa dipasarkan secara berkelompok agar dapat lansung masuk ke pasar atau konsumen hingga harga jual mendekati harga pasar dengan memotong jalur distribusi.

B.2. Retail / Supermarket

Salah satu pasar yang sangat potensial adalah apabila bisa menembus Supermarket atau retail. Selain harga relatif tinggi, kontinyuitas kebutuhan produk juga lebih aman. Namun untuk menembus pasar supermarket atau retail tidak mudah. Selain mempunyai standar yang tinggi terhadap produk yang diterima juga harus mampu mencukupi pasokan produk sesuai dengan kontrak yang telah dibuat. Butuh sebuah komitmen dan keprofesionalan yang tinggi

Pembukaan pasar besar ini biasanya dengan mengirimkan delegasi terlebih dahului dengan mengadakan pertemuan dan pendekatan dengan pihak manajemen supermarket maupun usaha retail setelah penjajagan barulah memberikan sampel produk yang akan dipromosikan. Apabila pihak manajemen setuju dengan mutu dan harga maka akan ada masa percobaan dengan kontrak terbatas. Apabila dinilai kerja sama itu menguntungkan maka akan ada kontrak real .

Apabila produk yang ditawarkan ditolak oleh supermarket atau retail maka perlu ditanyakan faktor apa yang mengakibatkan produk itu ditolak. Biasanya alasan utama adalah mutu dan kurang kompetitifnya produk di pasaran. Jika mutu yang menjadi penyebab maka perlu mencari masukan tentang standar mutu dan berusaha untuk menjalin hubungan dengan manajemen agar bisa memberikan pelatihan-pelatihan standar mutu.

Keuntungan dari menembus pasar besar seperti supermarket dan retail ini adalah biasanya supermarket/retail mempunyai cabang yang tersebar di kota-kota besar. Jika mereka puas terhadap suatu produk maka akan direkomendasikan untuk dijual di cabang-cabang mereka. Suatu keuntungan pasar yang tinggi.

B.3. Pendidikan Mutu Standar Retail

Faktor yang paling sulit adalah membuka pasar, mempertahankan mutu, serta kontinyuitas pasokan. Hal penting ini harus dipelajari secara detail dengan pakar yang benar-benar menguasai bisnis retail. Mempertahankan kepercayaan pasar sangatlah sulit jika tidak diimbangi strategi yang baik. Salah satu yang perlu dipelajari adalah bagaimana produk pertanian benar-benar sehat dikonsumsi dan hygienis dalam pengepakan. Selain mempergunakan ilmu dasar pertanian, perlu juga menimba ilmu dari pihak –pihak pengawas mutu pertanian di perusahaan besar dan supermarket yang mempunyai standar yang sedemikian ketat guna nantinya ditularkan kepada para petani untuk membuka wawasan keilmuan dan meningkatkan mutu hasil produknya.

C. Expor

Pada dekade produk jamur Dieng Djaya masih berproduksi, tingkat perekonomian petani jamur maupun masyarakat sekitar relatif cukup tinggi. Suatu konsep pertanian yangbenar-benar difokuskan untuk expor dengan pernik-pernik syarat dan keilmuannya diberikan baik oleh instansi terkait maupun dari managerian perusahaan. Petani yang dididik dengan baik ternyata mampu memenuhi standar produk jamur yang baik dan juga mampu memenuhi kuota pesanan yang menjadi salah satu syarat kontinyuitas kepercayaan pasar. Oleh karena itu dibutuhkan kerja keras disemua pihak untuk dapat mendapat kepercayaan dari pihak lain untuk dapat berinvestasi di Kabupaten Wonosobo khususnya bidang pertanian.

C.1. Investor

Investor dalam hal ini adalah investor besar yang membangun jaringan produksinya di Kabupaten Wonosobo yang mengolah bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau jadi untuk pasar expor. Selain petani mendapat sasaran pasar , diharapkan masalah pengangguran bisa sedikit demi sedikit teratasi.

C.2. Membuka pasar luar negeri

Pasar luar negeri merupakan pasar potensial bagi produk pertanian. Namun tentunya tidak mudah untuk menembus pasar luar negeri, selain perbaikan mutu pertanian kita, juga harus diadakan promosi yang signifikan baik lewat loby-loby maupun promosi lewat teknologi informasi / web site. Pendekatan kepada pihak luar negeri via kedutaan juga bisa dilakukan sebatas mengenalkan produk dan kemudahan yang akan ditawarkan.

3. Permodalan

Permodalan merupakan faktor yang urgent bagi para petani . Modal dalam hal ini bukan hanya dipergunakan untuk membeli keperluan pertanian seperti bibit, pestisida, dan yang lain, namun juga dipergunakan guna keperluan pasca panen seperti distribusi pemasaran hasil panen atau pengembangan agroindustri. Masalah permodalan menjadi kendala dimana sekarang ini pengajuan kredit perbankan sudah semakin sulit dan koperasi banyak yang mati suri. Menghidupkan perbankan desa merupakan salah satu cara walaupun tidak mudah. Dalam hal ini pemerintah daerah semestinya memberikan kemudahan kepada pihak-pihak investor daerah maupun luar daerah untuk membuka usaha simpan pinjam dengan tentunya tidak meninggalkan fit and proper test. Dengan banyaknya perbankan yang muncul maka masalah permodalan sedikit banyak bisa diatasi.

Solusi lain adalah membuat program-program dana bergulir atau pinjaman lunak , seyogyanya bantuan pemerintah daerah kepada petani atau kelompok tani tidak berupa dana hibah karena peruntukannya biasanya tidak jelas. Selain itu pemerintah daerah harus sudah mulai mengarahkan agar desa mulai memberikan perhatian penggunaan dananya pada pembangunan ekonomi dengan membentuk pola Badan Usaha Milik Desa atau Koperasi.

3 komentar:

  1. Medeni temen tah postingane.. kaya skripsi bae!

    BalasHapus
  2. Wong ben kebek kok bos, mengko lah dirombag lagi gitu tks lho

    BalasHapus
  3. mohon info alamat emailnya ya, utk komunikasi lebih lancar. (diansupriyatin@yahoo.com)

    BalasHapus